Love dan Sex itu begitu dekat. Mereka seperti kembaran. Kehidupan dan kematian. Cinta bisa membuat orang yang koma sadar kembali. Cinta juga bisa membuat pemuda yang penuh gairah hidup, bunuh diri karena tak tahan mengetahui kekasihnya malah jatuh cinta dengan Om-om yang kaya dan ternyata suka main perempuan. Sex yang lebih akut dengan kehidupan, baru kematian. Saya pernah mendengar cerita, ada seorang lelaki tua, sadar dari koma karena penisnya dikocok-kocok oleh seorang perawat iseng. Tapi jangan kau masukan cerita ini ke dalam hati, cerita ini bisa saja bohong-bohongan demi membuat teman-teman tertawa. Dan mengenai kematian, sex pernah membuat seorang Paus mati di atas perut pelacur. Ini juga mesti kau cari kebenaran kisahnya, sebab kadang orang menceritakan sesuatu hanya untuk membuat teman-temannya tertawa terpingkal-pingkal.
Nah, Love dan Sex itu bagian dari tubuh kita, diri kita, bahkan jiwa kita. Saya memang baru merasakan cinta, belum merasakan enaknya sex (kata orang sih, begitu). Tapi adik perempuan saya sudah merasakan kedua-duanya, diusia yang bagi saya masih produktif untuk belajar dan membekali diri. 20 tahun. Tapi ya sudahlah, cinta dan sex tak pernah jauh-jauh dari sebuah hubungan laki perempuan yang sembunyi-sembunyi. Mereka melakukan sex atas dasar cinta (saya selalu membayangkan ada unsur pemaksaan terselubung janji-janji manis dari pacarnya yang bangsat itu) dan logikanya, tanpa kondom atau minum pil KB, adik saya "menghasilkan" kehidupan, hamil, bayi. Tapi kemudian tubuhnya tak siap menanggungnya sehingga dia miskram (saya curiga, pacarnya memaksanya untuk meminum bir hitam, anggur orang tua, nanas mentah, atau bahan lainnya yang bisa merusak dinding rahim adik saya) dan bayi kecil itu, keponakan saya yang saya cintai sebelum saya melihatnya, dimakamkan oleh kedua orang tua saya di pingir rumah. Kau pasti sudah melihat unsur "kematian" dari sex itu bukan?
Okay, sekarang, menurutmu, apa yang harus dilakukan oleh kita semua agar adik-adik kita tak saling mencintai dan atas dasar itu boleh melakukan sex sebelum menikah?
Nah, Love dan Sex itu bagian dari tubuh kita, diri kita, bahkan jiwa kita. Saya memang baru merasakan cinta, belum merasakan enaknya sex (kata orang sih, begitu). Tapi adik perempuan saya sudah merasakan kedua-duanya, diusia yang bagi saya masih produktif untuk belajar dan membekali diri. 20 tahun. Tapi ya sudahlah, cinta dan sex tak pernah jauh-jauh dari sebuah hubungan laki perempuan yang sembunyi-sembunyi. Mereka melakukan sex atas dasar cinta (saya selalu membayangkan ada unsur pemaksaan terselubung janji-janji manis dari pacarnya yang bangsat itu) dan logikanya, tanpa kondom atau minum pil KB, adik saya "menghasilkan" kehidupan, hamil, bayi. Tapi kemudian tubuhnya tak siap menanggungnya sehingga dia miskram (saya curiga, pacarnya memaksanya untuk meminum bir hitam, anggur orang tua, nanas mentah, atau bahan lainnya yang bisa merusak dinding rahim adik saya) dan bayi kecil itu, keponakan saya yang saya cintai sebelum saya melihatnya, dimakamkan oleh kedua orang tua saya di pingir rumah. Kau pasti sudah melihat unsur "kematian" dari sex itu bukan?
Okay, sekarang, menurutmu, apa yang harus dilakukan oleh kita semua agar adik-adik kita tak saling mencintai dan atas dasar itu boleh melakukan sex sebelum menikah?
0 komentar:
Posting Komentar