Hari ini saya mulai membaca Dwilogi Padang Bulan-Cinta di Dalam Gelas, karya Andrea Hirata.
Novel ini adalah pinjaman dari kekasih hati saya, Diamon, yang membeli nove ini sebagai hadiah ultahnya, sebab saya tak punya uang untuk menghadiahkannya apapun. kalau cinta, saya bisa hadiahkan. Novel yang dibelinya ini sudah cetakan ketiga. Betapa cepat pasaran novel-novel Andrea Hirata ini. Memang, saya dan kekasih sangat menyukai Andrea, sebab dia bercerita mewakili semua anak kampung di dunia, orang-orang seperti kami. Sekarang saya sudah sampai ke halaman 56.
Pada halaman ini terjadi keributan soal, "Ulang tahun yang dirayakan A Ling itu sebenarnya perayaan apa sih?" Ikal bertanya. Mahar menggeleng. Kucai menerangkan bahwa ulang tahun itu acara sunatan bagi orang non-muslim. Sahara tak tahu dan tak mau tahu. Lintang asyik dengan geometri jurusan tiga angkanya. Syahdan mengatakan bahwa ulang tahun adalah hari peringatan buat seorang pencipta lagu, lagu ulang tahun itu. Borek mendebat, ulang tahun itu justru memperingati si pembuat kue dan lilin ulang tahun. Trapani menyelamatkan mereka dengan mengatakan bahwa ulang tahun itu berhubungan dengan pangkat orang tua. Anak yang orang tuanya berpangkat minimal 2D semistaf, berhak merayakan ulang tahun setahun sekali. jika pangkatnya lebih, bisa merayakan ulang tahun 2 kali dalam setahun. Tapi bagi yang bapaknya tidak berpangkat, jika merayakanulang tahun, akan ditangkap polisi.
Hahahaha... saya ketawa. Ketawa model anak kampung. Yang teringat dulu kecil sering sok tahu meski pengetahuan terbatas. Biasanya kami anak kampung, suka menghubungan sesuatu hal yang tak kami ketahui dengan pasti, berhubungan dengan takhayul. Hahahahaha...
"Membaca buku ini saya merasa haru karena sedih dan gembira."
-Antonini Ramon-
0 komentar:
Posting Komentar