Review The Death to Come (The Search for Merlin #1)

Minggu, 15 April 2012




The Death to Come (The Search for Merlin #1)

by Tyas Palar (Goodreads Author)

Edward Twickenham, penyihir Glamorgan dengan bakat yang misterius. Ivar Eidfjord, penyihir Denmark yang bisa melihat kilasan masa depan. Junda, penyihir Lithuania, pemilik cermin pencari orang yang sakti. Tariq, sang alkemis bijaksana yang ahli memperbaiki barang sihir. Dewan Penyihir telah menggariskan larangan untuk tidak mencampuri urusan manusia. Namun keempat kawan itu tidak bisa tinggal diam ketika Ivar melihat Kilasan Masa Depan mengenai nasib mengerikan yang akan menimpa umat manusia. Oleh karena tidak ada yang bisa mengartikan kilasan yang Ivar lihat, Edward bersama ketiga rekannya memutuskan untuk mencari penyihir terbesar dalam sejarah untuk membantu mereka : Merlin. Perjalanan mereka mencari Merlin tak hanya mengungkapkan rahasia masa depan, namun juga rahasia masa lalu yang menyedihkan.

Penerbit Imania 2009

Tezar: 1 bintang untuk topik fantasi lokal yang kayaknya baruu kali ini bahas tentang Merlin

1 bintang untuk tambahan pengetahuannya, cuma setuju dnegan beberapa ripiu di GR dari temen2, catatan kaki, ugh ko di tiap bab, nggak seklaian di akhir buku jadi satu atau di bawah halaman yang mengandung kata yang perlu dikasih catatan kakinya, juga kadang membaca penjelasan footnotenya malah jadi bingung

selain itu ngerasa eksekusi bahasanya nggak mulus, masih banyak "bahasa sihir" yang nggak jelas maksudnya, juga buku tentang mantra penyihir, ko ngagk disebutin mantranya sih :(
terus kisahnya, ko berakhir begitu saja?????? (nggak puasDotcom)

masih banyak yang perlu diperjelas, seperti kisah si makhluk kecil, Otto dan kakaknya

Indah: 372nd – 2011

Jalan cerita dan gaya penuturannya menarik. Sayang ada gambar penyihir ala Disney bertongkat sihir di setiap awal bab, yang nggak cocok dengan karakter mana pun di buku ini (Merlin pun bukan, di cerita ini semua penyihir awet muda!).

Sepertinya buku ini nggak perlu dibilang novel pertama trilogi The Search For Merlin segala, karena toh sudah ketemu Merlin di akhir buku ini, jadi boleh dibilang pencariannya selesai. Kecuali di buku 2 dan di buku 3 bakal ada masalah lain dan kudu nyari-nyari Merlin lagi...

Echa: Saat membaca buku ini yang terlintas dibenak saya, benarkah buku ini ditulis oleh seorang penulis aseli Indonesia? Karena lokasi yang bertempat di Eropa sangat pas belum lagi detail kehidupan Eropa di abad pertengahan. Dan, buku ini telah membuat saya untuk belajar Geografi kembali, membuka-buka atlas Eropa saat 2 orang penyihir Edward & Ivar melintasi banyak daerah untuk mengartikan kilasan masa depan yang didapat Ivar. Oh ya, saya belajar sedikit sejarah juga dari buku ini.
Dilengkapi dengan catatan akhir dibeberapa Babnya, menjelaskan setiap hal yang pasti akan jadi pertanyaan pembacanya.
Tokoh-tokoh sentralnya yang tidak terlalu sempurna menurut saya, contohnya Edward phobia dengan segala jenis kotoran bikin saya geleng-geleng kepala, maunya bersih-bersih terus. Bawa sendok sendiri, bawa saputangan untuk lap-lap duh ampun dah. Ivar, he is my fave character, tipikal yang polos dan naif. Cerita ini akan hambar tanpa Ivar, IMHO. Yah, memang awal petualangan mereka selalu bermula dari Kilasan Masa Depan Ivar.

Sekarang saya menanti dengan manis buku ke duanya *liriklirik Tyas* Kapankah itu Bu? *ngasih semangat ke Tyas*
Cheers,
Echa, Team Ivar :)

Ajeng: Novel ini bisa dibilang merupakan sebuah breakthrough di kelas novel lokal. Jarang-jarang ada penulis lokal yang berani mengambil genre fantasy didukung dengan riset mendetail. Saya salut Tyas menulisnya dengan melakukan sejumlah riset yang membuat alur cerita novel ini terasa begitu alami dan logis. Setidaknya buat saya pribadi yang juga menyukai mitologi, buku ini cukup menyenangkan. Sayangnya pada bagian alur cerita, kurang ada twist yang membuat pembaca merasa 'wow' dan di beberapa plot masih bisa ketebak. Saya berharap di buku selanjutnya nanti Tyas bakal membuat klimaks yang bisa membuat pembacanya lebih berdebar ^^.

Saya sempat agak bingung aja pas perpindahan bab dari Dinding Perjanjian dimana mereka sudah menjual kuda-kudanya, ke bab Stonehenge yang tiba-tiba mereka sudah berkuda. Tapi bukan sesuatu yang vital sih. Toh di beberapa halaman sebelumnya sudah dijelaskan mereka menjual kudanya untuk membeli kuda baru setibanya di Inggris. Jadi gue asumsikan saja mereka sudah beli kuda walau gak diceritain.

Sekedar saran, buku ini kayaknya bakal makin cantik jika disertai ilustrasi pensil tiap babnya (dan bukan dengan gambar merlin 3D yang agak 'ganggu' itu ^^;). ya mudah2an ada ilustrator yang bisa bikinnya.

congrats for you, Yas!

NB: gue sempet mimpi boncengan ama Edward pas naik keledai-nya Salvatore *sebelum tidur, gw terakhir baca part itu soalnya =)*

0 komentar: