Review Menorah

Sabtu, 11 Februari 2012


MENORAH

by Zhaenal Fanani

“Aku tahu benda apa yang ada dalam tasku. Dan, perlu aku jelaskan, bahwa tidak ada satu pun yang tahu bagaimana menggunakannya. Hanya aku…, sekali lagi, hanya aku yang tahu bagaimana cara menggunakannya,” ucap Balqizh.
***

Profesor Syibil Balqizh terlibat dalam serangkaian peristiwa pembunuhan. Semua demi mendapatkan sebuah benda…, Menorah. Awalnya, seorang lelaki yang kemudian diketahui bernama Eligos Foraii mengundangnya ke Ethiopia. Laki-laki itu mengaku memiliki Menorah. Sebagai seorang arkeolog, tanpa pikir panjang, Syibil Balqizh memenuhi undangan tersebut.

Mereka bertemu dalam sebuah gedung berlapis tujuh, Voice of God, yang diduga menyimpan Menorah. Namun, apa yang terjadi di sana, tak hanya mengejutkan, tapi juga mengerikan, sekaligus memunculkan banyak tanya dalam benak sang profesor. Terbunuhnya dua orang imam di Voice of God, pertemuannya dengan seorang rahib, hilangnya kunci pembuka kotak Menorah, membuat Syibil Balqizh yang “tidak tahu apa-apa” menjadi tawanan Direktur Mossad, Eleora Geva. Ia pun berpetualang di lorong-lorong Gereja St. Mary of Zion hingga ke Vatikan. Rangkaian peristiwa itu membawa dirinya untuk bertemu dengan seorang laki-laki gila yang ingin membuktikan keaslian Menorah dengan sebuah barang yang dimiliki Syibil Balqizh. Sebuah serbuk hitam yang diduga dapat digunakan untuk memastikan keaslian Menorah. Ia pun dipaksa untuk melakukan ritual Kabbala. Dan kemudian, laki-laki itu, Eligos Foraii, akan menghancurkan Menorah!

Sebuah novel gemilang penuh petualangan mendebarkan! Selamat membaca! Kisah super seru tentang sebuah benda legendaris yang telah ribuan tahun menghilang dari tempatnya dan orang-orang yang hingga kini berusaha dengan cara apa pun menemukannya!

DIVA Press 2011

Saya: seorang Prof Arkeologi berdarah Palestina, dengan cara2 yang tak dapat dimengertinya, menjadi seorang pemegang benda keramat, rahasia untuk menentukan apakah Menorah yang nantinya ditemukan adalah asli atau palsu. Dia dihubungi oleh seorang lelaki yang mengaku bernama Rabi Shlomo Zalman atau Eligos Foraii. Lelaki ini mempunyai banyak nama dan melakukan banyak kegiatan spionase, dan kejahatan demi menemukan Menorah dan menghancurkannya sebab dia yakin dirinyalah Messiah yang datang untuk menghancurkan benda pusaka umat Yahudi itu: sebuah tempat lilin berkepala tujuh, benda peninggalan era Musa dan Harus, dan kemudian dipuja2 pada era Salomo.

Di tengah spekulasi, gosip, isu, legenda, dan carut-marut tentang Menorah, banyak pihak rahasia melakukan pencarian, demi kepentingan masing-masing. Mereka adalah Mossad, Vatikan Opus Dei, MI6 Inggris, Agen2 Eitophia, dan sejumlah orang yang tertarik dengan keberadaan benda yang diyakini memiliki kekuatan magis besar itu.

Prof Syibil pun diundang Eligos ke Eitophia. Ke Voice Of God, sebuah bangunan suci semacam rumah ibadat sinagog, yang diyakini menyimpan benda2 pusaka dari Bait Allan Salomo: Tabut, Menorah dll. Banyak agen beroperasi di sejumlah negara yang ada hubungan dengan Menorah: Vatikan, Inggris, Perancis, Palestina, Israel, dan Eitophia.

Dalam beberapa hari saja, setelah kedatangan Prof Syibil, banyak agen meninggal, dibunuh, terjadi pencurian kunci pembuka kotak penyimpan Menorah, hingga akhirnya Eleora, direktur Mossad turun tangan, kebingungan, dan membawa semua orang yang terlibat, terbang ke Vatikan. Vatikan diyakini sebagai tenghancuran Menorah oleh Eligos. Tapi sebelum Eligos menghancurkan Menorah, dia harus menguji apakah benda itu asli atau palsu. Dia menculik Prof Syibil. Mossad menyerbu dan Eleora menembak Eligos sebelum cita2nya tercapai.

Dengan sejumlah kematian tragis, korban yang berjatuhan di semua badan intelegen, ada berita gembira bahwa Menorah bisa dikembalikan pada tempatnya semula. Prof Syibil tidak mau menguji keaslian Menorah sebab baginya iman buka pada benda fisik tapi pada pikiran, pada kepercayaan kita pada sesuatu. Lagi pula dia seorang arkeolog, tidak tertarik pada takhayul Templart, Zionisme, Freemason, Kabbala, dan sejumlah persaudaraan rahasia lainnya.

**menarik bahwa buku ini ditulis oleh seorang Muslim Indonesia. Si penulis, menurut saya, sudah bisa disejajarkan dengan penulis2 asing yang mendalami tema yang sama semisal: Dan Brown, Umberto Eco, Chris Mooney, Scott Mariani, dll.

Buku ini menandakan sebuah kebangkitan sastra indonesia yang merentangkan sayapnya, menjadi sastra internasional. Sastra yang universal. 10 thn lalu saya tidak pernah membayangkan bisa membaca buku sejenis ini dari tangan orang indonesia. Superb! Superb!

Alvi: Throughout the ages the Menorah has been understood to represent the everlasting light of God's self-revelation. Love historical fiction book so much and when I saw this book, I thought this book would be an interesting one. After reading this, I really enjoyed the story line of the book; especially the historical context of the subject. Interwoven throughout the novel is a plethora (maybe a little too much at times) background history to the subject at hand. But the characters are stock and reductive--if you are looking for depth, you will find it in the archaeology and ancient mysteries but not in the cardboard characters.

Several characters (villains and lofty good guys) converge in a race to find a hidden menorah, which demands a thrilling pace.I also didn't feel a tone, either, which prevented a desired, immanent tension from materializing. Unfortunately, the narrative flow is turgid at times. In his effort to combine historical facts within the novel, the author failed to find a rhythm. It often reads like a text, with written descriptions inexpertly lumbering through the prose. The information he gives is integral to the story but gracelessly inserted. Yet I was so intrigued by the facts he presented that it held my interest enough to keep reading.

0 komentar: