Review Zero to Hero

Minggu, 06 Mei 2012

Zero to Hero

by Solikhin Abu Izzudin

Sejarah mencatat, banyak orang besar justru lahir di tengah himpitan kesulitan bukan buaian kemanjaan. Mereka besar dengan mengurangi jam tidurnya, waktu bekerja dan kesibukan mengurusi duniawi untuk memenuhi kebutuhan ukhrawi. Menyedikitkan tidur malam untuk bisa bangun malam. Sedikit canda untuk rasakan nikmatnya ibadah. Tak berlebihan dalam bergaul ‘tuk rasakan lezatnya iman. Menahan diri dari maksiat biar tubuhnya tetap sehat. Banyak keterbatasan, kekurangan, kelemahan, kegagalan, kemalasan. Itu bukan masalah. Bagaimana di tengah keterbatasan itu kita dahsyatkan diri agar lahir prestasi tinggi. Itulah kepahlawanan sejati, salah satu pesan penulis Solikhin Abu Izzudin yang tertuang dalam buku Zero to Hero.

Pro-U Media 2006

Kerlip: pencarian jalan ke surga ku, diinspirasi dari buku ini.
menurut buku ini, amalan kecil bisa membawa kita ke rahmatnya Allah jika dilakukan dengan niat untuk mencari ridha-Nya. Dan jangan berkecil hati jika kita tak punya kelebihan seperti orang lain, karena dalam kekurangan dan kelemahan kita sebetulnya tersimpan sesuatu yang besar jika kita bisa mengolahnya dengan benar. Buku ini banyak inspirasi dalam setiap lembarnya. Wajib dibaca berulang-ulang.

Basmin: Excerpt dari penghantar buku: Suatu hari, di Masjidil Haram seorang guru tengah menyampaikan ilmu kepada murid-muridnya. Dengan lugas, jelas dan kmunikatif, guru tersebut mengajarkan materi fiqh, muamalah, jinayah dan hukum-hukum kriminal. Namun ada yang ganjil dalam majelis itu, ternyata Pak guru jauh tampak lebih muda daripada murid-muridnya. Bahkan di tengah prisesi mengajar, ia sempar minta izin untuk minum, padahal siang itu adalah bulan Ramadhan. Kontan saja "ulah" PAk Guru menuai protes, " Kenapa Anda minum, padahal ini'kan bulan Ramadhan?", tanya para murid. Ia menjawab, "Aku belum wajib berpuasa." Siapakah Pak Guru yang terlihat nyeleneh tersebut? Ia adalah Muhammad Idris Asy Syafi'i, yang lebih kita kenal dengan Imam Syafi'i.

Kita tak usah heran dengan fragmen inim kerena pada usia belum baligh Imma Syafi'i sudah menjadi ulama yang disegani. Usia 9 tahun sudah hafal Al-Qur'an. Usia 10 tahun isi kitab Al Muwatha' karya Imam Malik yang beritis 1, 720 hadith pilihan juga mampu dihafalnya dengan sempurna.

Mariyatul: KEKUATAN DAHSYAT UNTUK MENDAHSYATKAN PRIBADI
Oleh: Mariyatul Kibtiyah

Judul buku : Zero to Hero; Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa

Penulis : Solihin Abu Izzuddin

Penerbit : Pro-U Media

Cetakan : Februari, 2006

Tebal : 300 halaman

“Kegagalan merupakan suatu kesuksesan yang tertunda”. Pepatah ini memang benar adanya. Bila orang berani gagal maka dia pun akan berani untuk sukses. Biasanya kita tidak menyadari ketika kita mengusahakan sesuatu dan memutuskan untuk berhenti karena menganggap diri kita tidak mampu untuk meneruskannya, maka ketika itulah sesungguhnya kesuksesan itu ada selangkah lagi di depan kita.

Seperti Thomas Alfa Edison, saat ditanya bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General electric ini menjawab, “Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.” Dan memang kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan.

Kemampuan kita terbatas? Itu bukan masalah! Sebab bila di tengah keterbatasan itu kita mampu mendahsyatkan diri untuk meraih prestasi tinggi itulah kepahlawanan sejati. Inilah sebuah buku dengan judul Zero to Hero yang mengajak pembacanya untuk berpikir, menggugah dan mengubah diri untuk melejitkan segala potensi yang dimilikinya sehingga menjadi pribadi yang dahsyat.

Sesungguhnya bila kita hitung-hitung waktu yang kita miliki dengan waktu yang dimiliki orang yang berprestasi --- misalnya Thomas Alfa Edison --- adalah sama, sehari 24 jam, 1440 menit dan 86400 detik dalam satu hari, 7 hari dalam seminggu, dan seterusnya. Kata Imam Al-Ghazali, kalau orang umurnya rata-rata 60 tahun dan menjadikan 8 jam sehari untuk tidur, maka dalam 60 tahun ia telah tidur selama 20 tahun. Luar biasa sangat banyak sekali. Bagaimana dengan diri kita? Bila ditimbang apakah umur yang kita miliki seimbang dengan prestasi kita?

Sejarah mencatat, banyak orang besar justru lahir di tengah himpitan kesulitan bukan buaian kemanjaan. Mereka besar dengan mengurangi jam tidurnya, waktu bekerja dan kesibukan mengurusi duniawi untuk memenuhi kebutuhan ukhrawi. Menyedikitkan tidur malam untuk bisa bangun malam. Sedikit canda untuk rasakan nikmatnya ibadah. Tak berlebihan dalam bergaul untuk merasakan lezatnya iman. Menahan dari maksiat supaya tubuhnya tetap sehat.

Menjadi orang besar tak harus keturunan darah biru, atau pun berawal dari keturunan ningrat. Banyak orang biasa menjadi luar biasa justru karena berangkat betul-betul dari nol, from zero. Adapun bagi yang telah memiliki posisi, jabatan, kedudukan, gelar, atau apapun atribut duniawi yang dimiliki, mari kembali men-zero-kan diri untuk mampu melesatkan dan melejitkan jiwa menuju prestasi mulia: taqwa dan derivasi fadhilahnya, hidup mulia dan berakhir bahagia.

Kita bisa menikmati kiat-kiat sukses dalam buku terbitan Pro-U Media ini, hikmah-hikmah, cara-cara cerdasnya yang sangat tak biasa. Mereka orang biasa dan bisa. Kita pun bisa. Salah satu kiat yang ada dalam buku ini terdapat dalam halaman 240, yang membahas bagaimana agar kita bisa meraih keshalihan pribadi, yaitu “Jadilah pemberi kebaikan pada orang lain, berorientasi untuk memberikan kontribusi, dan meimiliki kelapangan dada yang cukup untuk menampung semua perbedaan dengan orang lain.”

Dalam buku yang memiliki tebal 300 halaman ini pun dikupas tentang kisah-kisah orang-orang biasa yang sukses meledakkan dirinya dengan prestasi yang luar biasa Walaupun begitu penulis mengatakan bahwa buku ini bukanlah buku cerita, namun agar kita bisa menjadikan kisah-kisah itu sebagai cermin dalam kehidupan kita, agar kita bisa mengambil ketauladanan dari pribadi tokoh-tokoh Islam yang sukses.

Buku karya Solihin Abu Izzuddin ini sangat penting dibaca oleh berbagai generasi dan tak cukup bila hanya dibaca Perlu digali kata-katanya. Diserap hikmahnya. Digali kekuatan tersembunyinya. Dan saat membacanya, hubungkan dengan wawasan kita agar tercipta gagasan baru dan cemerlang sehingga kita bisa mendahsyatkan pribadi biasa menjadi pribadi yang luar biasa.

Dion: Akhirnya nemu buku ini di Goodreads, mengingatkan saya pada zaman2 kuliah dl ktk masih getol baca buku nonfiksi dan blm terlalu maniak sama novel. Buku2 model how to Islami gini dulu pernah menjamur di pasaran. Kemasan yg unik dan fresh, yang kelihatan banget jiwa mudanya, mungkin menjadi daya tarik utama bagi pembacanya--yang rata2 anak-anak muda.

Isinya adalah kajian2 motivasi diri yg dikaitkan dengan jargon keagamaan. Ringan dan bernas, tp tidak mengurui. Bahkan, setelah membacanya, ghirah kita untuk menjadi lebih baik lagi semakin berkembang.

Untuk remaja muslim yang ingin mengembangkan diri tanpa harus berpisah jauh dr nilai2 Islami, buku ini sangat cocok untuk dibaca. Nice read

Nia: ya, betul. sebagai manusia biasa kita banyak kekurangan. Dalam buku ini digambarkan kita yang kekurangan sebagai zero. Tapi itu bukanlah penghalang untuk kita maju dan mencapai kejayaan... digambarkan dalam buku ini sebagai hero. Penulis mengajak kita mengubah cara berfikir yang terlalu menyalahkan keadaan tanpa mahu memikirkan bagaimana cara untuk mengatasinya. Ia juga banyak menceritakan kisah orang-orang yang berjaya, baik di dunia mahupun di akhirat. Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, itu kita mesti percaya. Sebabnya telah begitu banyak orang yang sudah membuktikannya.. contoh yang paling dekat... "permata berkilauan" kita.. adik Nik Nur Madihah.. yang serba kepayahan mengharungi hidup serba kekurangan, berbekalkan usaha, tekad dan kesabaran serta tak pernah lupa utk bertawakkal kepada Allah senantiasa beliau berjaya meraih 20A di dalam SPM baru-baru ini.

Bagi saya buku ini bukan untuk dibaca sekali atau dua kali saja lepas tu letak tepi. Ianya perlu dibaca berkali-kali supaya diri kita sentiasa mendapat inspirasi ke arah kejayaan.

Cinantya: this book was ACTUALLY amazing.at least that's what i thought at first..but page by page..sorry to say, but there was many errors on grammatical and punctuation marks..and it was quite annoying, for me. furthermore, the message that was transferred by the authors wasn't arranged in a good order. but despite of that, this book was quite motivating..
:)

0 komentar: