Review Ranah 3 Warna

Sabtu, 11 Agustus 2012



Ranah 3 Warna (Negeri 5 Menara #2)

by Ahmad Fuadi (Goodreads Author)

Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul. Ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.

Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah?

Terinspirasi semangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya: "Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?" Hampir saja dia menyerah.

Rupanya "mantra" man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat "mantra" kedua yang diajarkan di Pondok Madani: man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya?

Ke mana nasib membawa Alif? Apa saja 3 ranah berbeda warna itu? Siapakah Raisa? Bagaimana persaingannya dengan Randai? Apa kabar Sahibul Menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang Indian dan Michael Jordan dan Kesatria Berpantun? Apa hadiah Tuhan buat sebuah kesabaran yang kukuh?

Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa tak berkesudahan. Tuhan sungguh bersama orang yang sabar.

Gramedia Pustaka Utama 2011

Sam: Anak-anakku...Bila badai datang. Hadapi dengan Iman dan sabar. Laut tenang ada untuk dinikmati dan disyukuri. Sebaliknya laut badai ada untuk ditaklukkan, bukan ditangisi. Bukankah karakter pelaut andal ditatah oleh badai yg silih berganti ketika melintas lautan tak bertepi?

Menyambung baca buku ini dari Negeri 5 Menara semakin mengukuhkan hati untuk terus BERUSAHA.. yes, I have let myself down, and yes I have come to tiredness as much as I want to give up -- but I never did, tapi karunia Tuhan mana yg bisa aq ingkari? sementara di luar sana masih banyak org yg kekurangan tp terus mencoba bertahan *dg gelegar suara Bang Togar

Alif dan buku ini mengajarkan aq nggak malu tuk mengakui, I have change course.. berani menjawab tanya seorang kawan yg menusuk kesadaranku, "Git, lo masi inget mimpi lo mo kerja di Deplu ga?"

"Ya, Fit.. aq masih ingat, sedekat kulit menyelimuti jantungku.. Mimpiku adalah bekerja di tempat di mana aq mampu berakulturasi, membantu & mempengaruhi org banyak.. Mungkin Deplu memang bukan tempatnya untukku menurut-Nya, mkg yg aq tempuh sekarang inilah di mana semua akan bermula.."

Dan aq masih (akan) terus berusaha mencari kesuksesan itu.. sembari bersabar jika terantuk batu diterjang badai...

Aq masih belum tuntas menapaki Man Jadda Wajada, skg sudah kutambahkan bekalku Man Shabara Zhafira... Semoga kita smua selalu menjadi org2 yg berusaha dan bersabar untuk meraih sukses Dunia & Akhirat.

"Iya, Fit... aq masih ingat Deplu, sayangnya Deplu bukan untukku..." balasku dg senyum.




INSPIRING MOMENTS

- upacara bendera Hari Pahlawan, rasanya mengingat gelutan persoalan yg menimpa negeri ini, apapun itu I WILL ALWAYS LOVE INDONESIA... GARUDA DI JANTUNGKU!

- salju!!! ^^

- pantun Rusdi- coming back to 531 Rue Notre Dame after 11 years passed

Rahman: "Mantra" Man Jadda Wajadda ternyata tidak cukup untuk menjalani hidup yang pas-pasan. Apalagi bertekad untuk mewujudkan mimpi, mengejar prestasi.

Itulah yang dialami Alif, tokoh utama cerita Ranah 3 Warna lanjutan Negeri 5 Menara. Lulusan pondok pesantren Madani ini diragukan oleh teman, kerabat, dan orang-orang terdekatnya bisa melanjutkan kuliah umum apalagi bermimpi keluar negeri.

Termotivasi dari teman kecilnya Randai, ia tak ingin kalah dengan kawannya itu untuk berprestasi.

Perjalanan Alif mengejar mimpinya dapat menjadi pelajaran berharga yang bisa diambil contoh. Ketekunan dan Motivasi yang berlipat-lipat dapat menaklukkan semua penilaian negatif tentang mimpi yang mulanya mustahil dikejar.

Setelah ayahnya meninggal, alif bertekad untuk tidak membebani amaknya dikampung. Pernah bekerja sebagai guru les privat, sales alat kecantikan ternyata belum cukup memenuhi dan membiayai kuliahnya di Bandung, apalagi mengirimkan uang untuk biaya adik2nya dikampung. Alhasil bukannya mengurangi biaya, alif malah jatuh sakit dan harus berhutang sana-sini untuk membayar pengobatannya.

Barulah pada saat ketemu bang Togar-senior yang juga guru belajar menulis alif dimedia-alif sedikit demi sedikit bisa mandiri.

Saat terpilih mewakili Indonesia pada pertukaran pemuda Indonesia-Kanada, ternyata alif bertemu sosok teman asal Banjar, Kalimantan. Wuihhh, jadi ikut seneng dan bangga juga jadi "urang banjar".

Apakah ciri-ciri orang suka membunyikan tangan (menggerepok) dengan seakan2 mematah jari tangan itu hanya dilakukan orang banjar ya??

Cerita apa saja, pasti lebih menarik kalau ada kisah roman - percintaannya. Alif jatuh hati pada Raisa, temen satu almameter dan teman seperjuangan alif saat pertukaran pemuda Indonesia-Kanada. Bagaimana hari-hari yang mereka jalani dan akhir cerita cinta seperti apa yang mereka temui, Ahh semua cukup menggunggah hati.

Akhir cerita, saya masih penasaran siapa yang jadi Istri Alif?? Raisa, Sarah atau yg lain....Mungkin bang A. Fuadi telah menyiapkan jawabannya di buku ketiga.

Lukman: Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul. Ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.

Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah?

Terinspirasi semangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya: "Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?" Hampir saja dia menyerah.

Rupanya "mantra" man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat "mantra" kedua yang diajarkan di Pondok Madani: man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya?

Ke mana nasib membawa Alif? Apa saja 3 ranah berbeda warna itu? Siapakah Raisa? Bagaimana persaingannya dengan Randai? Apa kabar Sahibul Menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang Indian dan Michael Jordan dan Kesatria Berpantun? Apa hadiah Tuhan buat sebuah kesabaran yang kukuh?

Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa tak berkesudahan. Tuhan sungguh bersama orang yang sabar.(less)

0 komentar: