Ika Karunia Purnamasari: menceritakan tentang hubungan anak dan ayahnya. Terkesan. Sederhana tapi dalam, dan gak nyangka, cerita bung andrea dramatis juga ya, tadinya kurang percaya seandainya tidak dicantumkan berbagai posenya demi hadiah untuk ayah tercinta, dimana dia rela menjadi buruh dalam perjalanan backpackernya. salute!
buku tipis bergizi, hanya 100 halaman, yang saya khatamkan diatas kereta ekonomi dalam perjalanan, mengesankan teman! tentang cinta anak kepada ayahnya, rakyat pada bangsanya dan kami (termasuk saya) yang masih selalu memberikan kepercayaan penuh untuk sepakbola Indonesia,
yooo, semangat Arif Suyono, eh salah, tim PSSI maksudnyaa, haha :)
kutipan favorit saya:
“Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa besarnya.”
Ayah adalah sebuah pesona dalam keheningan. Di dunia ini pasti hanya aku yang tahu nama klub dan pemain sepak bola kesayangannya. Aku bertanya terus, tapi sunyi, sepi, senyap.
Karena dari kisah di kampungku, aku telah mengetahui bahwa sepak bola pernah menjadi lambang pemberontakan demi kemerdekaan. Seandainya sepak bola memang memiliki jiwa, maka jiwa sepak bola adalah patriotisme. Cinta sepak bola, adalah cinta buta yang paling menyenangkan.
----------------------------------------------------------------------------------
“Begitu besar cinta, begitu singkat waktu, begitu besar kecewa, lalu tak ada hal selain menunggu pertandingan berikutnya, lalu bergembira lagi. Sepak bola adalah satu-satunya cinta yang tak bersyarat di dunia ini”
Aku terperangah.
“Pahamkah kau maksudnya?”
Barangkali aku tak langsung paham tapi aku mengangguk. Tak mau kurendahkan intelejensia dari percakapan ini. Kurenungkan sebentar, bahwa cinta bagi kebanyakan perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habis-habisnya sepanjang hayat, dan semua pengorbanan itu tak jarang berakhir dengan kekecewaan yang besar. Demikian kesimpulanku atas jawaban Adriana. Bagi perempuan ini, mencintai sepak bola adalah seluruh antitesis dari susahnya mencintai manusia. Sungguh mengesankan.
---------------------------------------------------------------------------------
Pengalaman menonton sepak bola di negeri orang memberiku penghayatan yang lebih dalam tentang arti mencintai PSSI dan makna mencintai tanah air. Berada di antara masyarakat yang asing, nun jauh dari kampung sendiri, menyadarkanku bahwa Indonesia, bangsaku, bagaimanapun keadaannya, adalah tanah mutiara dimana aku telah dilahirkan. Indonesia adalah tangis tawaku, putih tulangku, merah darahku, dan indung nasibku. Tak ada yang lebih layak kuberikan bagi bangsaku selain cinta, dan takkan kubiarkan lagi apapun menodai cinta itu, tidak juga karena ulah para koruptor yang merajalela, biarlah kalau tidur mereka didatangi kuntilanak sumpah pocong.
Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini selain cinta, adalah sepak bola
Rahmadiyanti Rusdi: Saya rasa sebagian besar pembaca buku-buku Andrea Hirata sepakat bahwa salah satu kekuatan Andrea adalah metafor-metafor jenaka yang banyak bertebaran di bukunya, meski kadang agak lebay ;D. Tapi tidak di buku ini. Tak banyak metafor-metafor jenaka tersebut, meski kejenakaan Andrea mengemas narasi tetap mengundang senyum (soal melatih kaki kiri misalnya)
Ceritanya sendiri seperti fragmen dari Laskar Pelangi. Ikal kecil bermimpi menjadi pemain sepak bola yang bermain untuk tim nasional, terutama sejak ia tahu kalau sang ayah ternyata pernah menjadi pemain sepak bola zaman Belanda, dan pernah menang melawan tim ambtenaar. Sayang cita-cita Ikal kandas pada tahap seleksi tingkat nasional. Kemudian cerita melompat ke bagian "Edensor", eh maksudnya saat Ikal menuntut ilmu di Eropa. Di bagian inilah, buat perempuan yang suka bola (seperti saya--tapi nggak fanatik kok :), plus pecinta klub Real Madrid dan Luis Figo seakan menemukan "bonding".
Ya ampuuun, saya teriak dalam hati, ternyata ayahnya Ikal sama kayak saya, pecinta Real Madrid dan Luis Figo (plus Raul, plus Casillas--itu saya hahaha!). Ahaayyy!
Jadi, nikmati saja buku tipis ini. Sederhana, tapi cukup menggugah semangat.
Quote yang saya suka:
- Menggemari tim sepak bola negeri sendiri adalah 10% mencintai sepak bola dan 90% mencintai tanah air.
- Cinta bagi kebanyakan perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habisnya sepanjang hayat, dna semua pengorbanan itu tak jarang membuahkan kekecewaan yang besar.
0 komentar:
Posting Komentar