Review The Girl With The DragonTattoo

Rabu, 14 Maret 2012







The Girl With the Dragon Tattoo (Millennium #1)

by Stieg Larsson, Nurul Agustina (Translator), Nur Aini (Editor)

Harriet Vanger, putri salah satu keluarga paling berpengaruh di Swedia, hilang 40 tahun lalu.

Kasusnya tak terpecahkan. Tak ada mayat. Tak ada saksi. Tak ada bukti. Semua petunjuk mengarah ke jalan buntu.

Henrik Vanger, sang paman, yakin keponakannya itu dibunuh dan pelakunya adalah salah seorang keluarga Vanger. Ia menyewa Mikael Blomkvist, seorang jurnalis investigatif sekaligus pemilik majalah Millenium, untuk menyelidiki kasus Harriet.

Dalam investigasinya Blomkvist mendapat bantuan dari Lisbeth Salander, gadis punk asosial yang jenius dan memiliki memori fotografis serta keahlian hacking.

Mereka menemukan kaitan antara hilangnya Harriet dengan sejumlah kasus pembunuhan berantai yang tak terpecahkan. Berdua mereka berupaya menguak rahasia kelam keluarga Vanger yang hampir membuat nyawa Blomkvist hilang.

Pernah diterbitkan dengan judul yang sama pada tahun 2008 dengan cover yang berbeda.

Qanita 2012

Allison: Stieg Larsson was so passionate about the things he wrote about, his entire belief system is laid out for the world to see. What a shame he isn't here to see the success of his "magnum opus." It makes me really sad to think about.

This is quite a book. It demands a lot of its readers. You have to be able to deal with some financial talk, and you have to be patient. The story is not a powerhouse thrilling story that catapults you through the pages. Instead, it puts down countless layers of suspense, and then begins to weave them together. I was never for a second put off by any of the financial jargon, I thought it was very interesting. It is, after all, one of the layers of this pretty much perfect story.

I feel very emotionally drained after reading it. The Swedish title, "Men Who Hate Women" is apt. There were several things that were painful to read. Several times I started backing up, almost physically unable to keep reading. I cared a lot about this story, I feel so personally invested in it, I think at one point I was turning the pages half expecting to find myself an actual character in the story.

I don't want to delve into any of the specifics, the brilliance of the story is having no idea what is coming. Let me just say...its brilliant.

Imas: Seruuu...lumayan tebal tp ngebut bacanya krn pengen tau kelanjutannya..dengan karakter tidak biasa alias kurang umum,cerita yang disajikan membuat ingin baca terus..menghibur yang jelas...go to the next book..yay..

Annisa: Buku ini punya efek yang sama dengan ketika saya pertama kali baca The Da Vinci Code nya Dan Brown. Saya ngga nyangka kalo ternyata buku ini seru banget !! Ramuan antara crime, mystery, thriller yang bikin saya susah banget untuk berenti baca. Buku ini adalah buku pertama dari Millenium Trilogy yang diterbitkan setelah sang pengarang Stieg Larsson meninggal pada tahun 2004. By the way readers, jangan baca ulasan di wikipedia tentang buku ini ya! Total spoiler, untung saya baca sewaktu selesai baca bukunya or else it will ruin all the fun.

Berlatar belakang di swedia, setiap bagian dari buku ini ( empat bagian plus prolog dan epilog) dibuka dengan informasi-informasi seperti berikut :

“18% of the women in Sweden have at one time been threatened by a man” atau

“46% of the women in Sweden have been subjected to violence by a man”

Statistik tersebut sangat berhubungan dengan isi dari buku yang pada banyak bagian menggambarkan kekerasan atau kejahatan yang terjadi pada kaum perempuan di Swedia. Judul asli dari buku ini “Man who hate Woman” sebenarnya lebih menggambarkan isi buku daripada The Girl With The Dragon Tatoo” walau pastinya saya akan malas membeli buku yang judulnya “Man who hate Woman”

Buku ini bercerita tentang seorang pria tua bernama Henrik Vanger, seorang mantan CEO dari perusahaan keluarga Vanger Coorporation yang ingin melakukan upaya terakhir dalam memecahkan misteri hilangnya Harriet Vanger, keponakannya, 40 tahun yang lalu ketika Harriet masih berusia 16 tahun. Ia lalu mempekerjakan seorang jurnalis yang juga pemilik dari majalah Millenium bernama Mikael Blomkvist untuk mengungkap misteri tersebut.

Mikael sendiri baru saja didakwa dan dijatuhi hukuman atas artikel terakhirnya yang menyerang sebuah perusahaan besar bernama Wennerström Coorporation. Henrik memberikan tawaran untuk bekerja padanya selama 1 tahun penuh dengan samaran membuat biografi dari keluarga Vanger dengan jumlah bayaran yang sangat menggoda, selain dari itu Henrik juga menawarkan bukti-bukti baru yang dapat menjatuhkan Wennerström Coorporation. Tawaran yang sulit ditolak untuk Mikael.

Mikael akhirnya mundur untuk sementara dari majalah Millenium untuk pindah ke salah satu villa di kediaman Hendrik Vanger dan keluarga di suatu pulau bernama Hedeby. Sewaktu Harriet masih hidup, setiap hari ulang tahun Hendrik pada tanggal 1 November Harriet selalu memberinya hadiah berupa bunga yang telah diawetkan dan diletakkan dalam sebuah figura. Setelah menghilangnya Harriet, setiap tanggal 1 November Hendrik menerima melalui pos hadiah yang sama. Hendrik menduga bahwa sang pembunuh sedang mengejeknya, berulang-ulang, selama 40 tahun. Hendrik sendiri mencurigai bahwa salah satu anggota keluarganyalah yang telah membunuh dan menyembunyikan mayat Harriet.

“Mikael, you can ask questions later, but I want you to take my word when I say that I detest most of the members of my family. They are for the most part thieves, misers, bullies and incompetents.”

Sebelum Hendrik mempekerjakan Mikael, ia telah memerintahkan terlebih dahulu kepada pengacara sekaligus sahabatnya Dirch Frode untuk menyelidiki latar belakang Mikael. Tugas jatuh kepada seorang wanita muda bernama Lisbeth Salander. Penyelidik profesional yang antisosial, memiliki photographic memori, cerdas dan tidak beremosi. Lisbeth lah The Girl With The Dragon Tatto yang dimaksud dalam judul buku.

Setelah berusaha untuk membuat biografi keluarga dan berusaha untuk menemukan fakta baru dalam setumpuk dokumen penyelidikan hilangnya Harriet, Mikael menemukan bahwa keluarga Vanger adalah keluarga unik dimana banyak sekali “kegilaan” di dalamnya. Mikael akhirnya memutuskan bahwa dirinya membutuhkan bantuan seorang penyelidik profesional. Dirch Frode secara tidak sengaja merekomendasikan Lisbeth Salander. Mikael dan Lisbeth akhirnya bekerja sama untuk mengungkap misteri 40 tahun yang lalu dan menemukan bahwa yang terjadi adalah jauh lebih besar dari yang mereka duga.

Saya sangat suka karakter Lisbeth Salander yang digambarkan sebagai perempuan yang memiliki temperamen nyaris nol. Lisbeth selalu menimbang konsekuensi dari setiap tindakannya dengan kepala dingin. Sama sekali tidak menye-menye atas kekerasan yang telah menderanya semenjak kecil. Saya ingin segera membaca buku ini karena penasaran dengan nasib Lisbeth Salander yang telah tertipu dengan ilusi bernama “Love” ;p

Untuk penggemar thriller maupun bukan, saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca !! You’ll never guess what will happen in the end of this book. Pengalaman yang seru ! I’ll definitely read the second sequel.

Beth: Swedish people are nuts! I realize that’s a bit of a broad generalization and it sounds a bit rude, but I don’t care. Because more often than not, I’m nuts too.

I was born and raised in Minnesota, and if you know our state history, you’re already aware that we were predominantly settled and populated by Swedish (and Norwegian) immigrants. So not only are many Minnesota residents of Scandinavian descent, myself included, a lot of our quirky mannerisms and even our accents are commonly attributed to this influence. I attended a Swedish Lutheran college (which attracted a lot of Swedish exchange students). And one of my oldest and dearest friends is an American by birth but was raised in Sweden and didn’t return to live full-time in the U.S. until she was 18. She’s always found Minnesotans to be a very interesting form of science experiment—what happens when you mix Swedish and American culture anyway?

Taking what I know firsthand of Minnesota culture into consideration, I can only assume that Sweden, aka the motherland, is also a twisted place of dark, dry humor. Some mainstream examples that support this claim would include: Fargo, Drop Dead Gorgeous, A Prairie Home Companion and yes, even Mr. Purple Rain himself, who even though he’s genetically a bit more exotic than a plain old Swede, definitely displays some of the more oddball (but typical) Minnesota traits in his own special way.

The point being, the characters in this book felt oddly familiar to me, quirks and all. I’m actually a bit surprised I loved the book as much as I did because I normally criticize authors for trying to jam too much into one story and this book had a lot going on:

--shady business dealings

--corporate fraud

--murder

--religious fanaticism

--extramarital affairs

--Nazis

--casual sex

--creepy pervs

--violence against women

--money laundering

--sexual sadism

--political proselytizing

--dysfunctional family secrets

And that’s just scraping the surface. Because once Larsson got into it and started digging deeper into the plot and revealing more details, my head started spinning and I had smoke coming out of my ears. I wasn’t expecting to be sucked in so quickly by the plot and am still reeling over the fact that this brick-like book (my copy has nearly 600 pages) went as quickly as it did.

I just reserved the sequel from the library and am also excited at the prospects of a third. I’m also sad that Mr. Larsson passed away. What a talented author—not many could tie so much crazy shit into one story and still have it make sense AND be entertaining.

Although I think whoever decided to change the title when they released this book in English is nuts too. The original Swedish title, Men Who Hate Women, is much more fitting.

0 komentar: