Review The Witch of Portobello

Sabtu, 10 Desember 2011








Sang Penyihir dari Portobello (The Witch of Portobello)

by Paulo Coelho (Goodreads Author), Olivia Gerungan (Translator)

Bagaimana menemukan keberanian untuk senantiasa jujur pada diri sendiri--bahkan pada saat kita tak yakin akan diri kita?

Itulah pertanyaan utama dalam karya terbaru penulis bestseller Paulo Coelho, Sang Penyihir dari Portobello. Kisahnya tentang perempuan misterius bernama Athena, yang disampaikan oleh banyak orang yang mengenalnya dengan baik--atau nyaris tidak mengenalnya sama sekali. Seperti halnya Sang Alkemis, kisah Sang Penyihir dari Portobello ini memiliki kekuatan untuk mengubah sudut pandang para pembacanya mengenai cinta, gairah, suka cita, dan pengorbanan.

PT Gramedia Pustaka Utama 2009

Saya: Covernya menarik, seorang perempuan sedang melakukan sebuah gerakan peregangan, yoga mungkin, dalam posisi duduk atau berdiri, mungkin. Tapi dia memakai gaun merah, dan itu membuat dia menjadi agak lain sebab melakukan peregangan atau yoga dalam balutan gaun indah, merah lagi.

"Athena, sekarang sudah dikenal sebagai Penyihir dari Portobello. Kegiatan "RITUAL"nya mengganggu seorang pastor di kompleks itu, dan menimpulkan konfrontasi terbuka. Kekacauan pun terjadi. Makin banyak orang bergabung untuk memperoleh kesembuhan dari Athena."

"Edda dan Athena pergi ke sebuah hutan. Sang Ibu ada di dekat mereka. Mereka bahagia. Karena gelap, mereka mengumpulkan kayu untuk dibakar. Sebagaimana ranting ranting harus dibakar terlebih dahulu baru kemudian kayu yang besar, begitu pula diri kita. Kelemahan dan semua hal yang "luka" yang negatif dalam diri kita harus dibakar dulu, dibersihkan dulu, baru kita bisa menunjukkan kekuatan alam, kekuatan Sang Ibu, Baik."

Indri: Perempuan mandiri dan anak lelaki, apa yang di pikiranmu? Seorang perempuan yang mudah ditaklukan? Bukan. Ia lebih tegar, lebih berani untuk menantang kehidupan. Dan ia berkata, ini bukan untuk dirinya, ini untuk anakku.

Perempuan yang menari untuk memberikan jiwa pada kehidupan yang kosong. Karena di dalam dirinya sendiri ada yang hilang, dan ia butuh pengisi di dalamnya. Maka ia berkelana, mengeluarkan energinya, berbagi pada yang lain, memberikan kebahagiaan yang ia juga tak punya. Karena sebenarnya jiwanya kosong. Karena apa yang ia pikir dilakukan ini yang ia ingini, tapi bukan, ini hanyalah pengisi sementara.

Lalu ia tetap mencari. Perjalanan-perjalanan dilakukan. Terkadang bertanya, apakah lelaki pengisinya? Tidak tahu, karena sulit menduga isi hati perempuan. Sampai kapan ia akan stabil dan tidak mencari lagi. Yah, karena dalam setiap perempuan yang terlihat mandiri, selalu butuh pegangan untuk menguatkan. Jangan ditinggalkan..

Dear God, if You give up of giving me patience, give me strength, courage and fortune, so I can move on and live my life.

An: kenapa tertarik dengan buku ini? pertama, karena cover na merah (secara umum, ntah lebih tepat na disebut merah apa). kedua, karena ditulis oleh paulo coelho (terlanjur suka sama tulisan-tulisan beliau). dan ternyata...

membuka bagian depan na saja telah menemukan kejutan. bukan dari cerita na, tapi dari memori yang berhasil dibangkitkan na. masa kaderisasi sma. mengetahui sifat alami orang dari permainan yang melibatkan orang lain. saat air puting yang diedarkan, yang paling belakang kembung harung menghabiskan. saat botol fanta merah diedarkan, yang paling belakang ga kebagian. saat jamu paitan yang diedarkan, yang paling belakang terpaksa menegak pahit banyak-banyak.

manusia dikenal dari manusia lain. manusia dilihat dari interaksi dengan orang lain. kasus botol itu pun ketahuan, jika manusia hanya mau enak, tidak mau berbagi namun membuang jauh-jauh yang tidak enak untuk orang lain. saat mata ditutup dan keharusan mempertahankan keberadaan dalam sebuah lingkaran. sangat terasa obesesi saling menjatuhkan untuk mendapatkan posisi aman. sikut-sikutan, dorong-dorongan (bukan na tidak berambisi, tapi badan yang terlalu ringan membuat rhe mudah disingkirkan :P) sampai yang kuatlah yang bertahan.

itulah pembelajaran, inisiasi akan dunia yang dikenalkan di masa sma. dunia yang akan kami hadapi nanti na dalam kehidupan yang semakin luas. di mana kreativitas dibutuhkan, dimana bukan yang kuat yang bertahan, dimana menyesuaikan diri menjadi pilihan. dan kemana semua na itu, kretivitas, pilihan? terkukung dalam sebuah rutinitas.

dan... cukup mengenang na, kembali melanjutkan membaca.

-***-

bunda yang dikandung tanpa noda, jadilah perantara doaku, doakanlah aku ntah sejak kapan doa ini dikenalkan padaku dan menjadi rutinitas (semacam mantra), disebut berulang sampai tak sadar selalu mengucapkan na mendahului amin. namun ternyata bukan ibu yang sama dengan yang dimaksudkan paulo dalam cerita na kali ini. mungkin memang 'ibu agung' sering menjadi tema tulisan-tulisan paulo coelho.

lalu seperti apakan ibu di sini? bumi. seperti itulah. selama ini kita tinggal di bumi, hidup dari bumi, tapi selalu memuja langit. kebijaksanaan yang tersembunyi di balik langit yang tak mungkin didebat. sementara bumi tempat kita berpijak, yang menjadi ibu, sering kali kita abaikan. bahkan tak jarang perselisihan terjadi karena ada na perbedaan orang (yang ngaku na) beragama langit dan orang (yang dianggap) memeluk agama bumi.

jika ini semua adalah suatu kepercayaan, haruskah diperdebatkan? haruskah ada kategori salah dan benar? haruskah yang ini diijinkan dan yang itu dilarang? padahal inti semua ajaran na adalah baik. cinta adalah cinta itu sendiri. ada, bukan untuk diperdebatkan. keajaiban yang datang saat ini, mendobrak tatanan lama yang sudah nyaman dan mengakar. mungkin itulah sebab perselisihan. orang-orang tidak mau keluar dari wilayah nyaman mereka untuk menerima sesuatu yang baru. tapi bukankah pada jaman nabi-nabi dahulu mereka juga merupakan pembaruan, memperbaiki tatanan lama untuk suatu yang baru? tapi mengapa sekarang keberadaan hal-hal baru selalu ditentang? tuduhan sekte, pemuja setan, ajaran sesat, apalagi yang harus mereka ini terima untuk suatu pembaruan? penyihir?

ya, itulah yang disebutkan sebagai judul buku ini. jika membayangkan penyihir dengan tongkat seperti harry potter atau penyihir dengan demon na seperti bartimaeus, jauhhhhhh. pembaca tidak akan menemukan yang demikian. athena, tokoh yang disebut-sebut penyihir di sini menerima rahmat na sebagai penyercap mata air cinta dari sang ibu dalam menjalankan misi na. walau jalan na tidak selalu mudah, walau dia yakin dia dicintai. karena sepanjang hidupku, aku telah belajar menderita dalam diam (hlm. 55)

mengapa penderitaan selalu diasosiasikan dengan diam? apakah mencintai yang sesungguh na harus diam? cukup dengan percaya. percaya mencintai dan dicintai. oleh dan kepada siapa maupun apapun. setiap manusia punya misi na di dunia.

kau akan belajar lebih banyak lagi karena, walaupun sekarang ini, kita semua terperangkap di dalam rumah, kota, dan pekerjaan, di dalam darahmu masih mengalir masa-masa karavan dan perjalanan serta pengajaran yang diletakkan ibu agung di jalan kita supaya kita tetap bertahan hidup (hlm. 145)

demikianlah. apakah kita hanya akan hidup dalam suatu rutinitas padahal kita diberi kesempatan untuk melakukan perjalanan? perjalanan tidak melulu ke tempat yang jauh. cukup ketika kita mampu keluar dari rutinitas yang ada untuk melakukan hal yang berbeda. menemukan vitalitas baru dalam rangkaian kehidupan dan cinta sang ibu.

apa yang sebenar na kita cari dalam hidup? kebahagiaan atau suatu cita-cita? hal yang menimbulkan kepuasan setelah mencapai na hanyalah nafsu yang tak akan ada habis na. bekerja untuk uang tak akan ada habis na. kepuasan selalu tidak pernah tuntas, selalu ada yang diinginkan lagi, lagi dan lagi. mengejar, mengejar dan mengejar. adakah kesempatan atau keinginan untuk sekali saja melepas? seandai na pun tidak melepas, berdiam dirilah dan jangan melulu berlari supaya bisa menemukan ritme na, suara yang tidak bisa kita dengar karena terlalu sibuk dengan urusan sendiri. suara alam, suara hati, suara ibu agung atau apapun sebutan na untuk suara lirih yang jarang kita dengar, atau mingkin, malah sering kita abaikan.

dan apakan ada yang lain yang ingin kau pertahankan? suatu hari nanti semua yang kau miliki akan harus kau berikan. pohon memberi supaya mereka bisa hidup, karena mempertahankan bearti musnah (hlm.184)

terlepas rangkaian kalimat yang tidak enak diikuti, tidak mengalir dan membuat (sering) tersendat-sendat. ntah karena terjemahan na atau mungkin memang penerjemah sengaja membuat na demikian. supaya pembaca mampu keluar dari kebiasaan yang ada, kalimat yang tertata, sehingga membaca buku ini lebih lama (karena benar rhe membutuhkan waktu relatif lama untuk membaca buku ini, suatu keuntungan tersendiri). kisah dan ide buku ini menarik. cerita yang dituturkan dari merangkai kesaksian orang-orang. awal sampai akhir. semua na berjalan dari tambal sulam tuturan orang. tidak menyangka kesaksian orang-orang mampu membuat suatu cerita untuh dari awal sampai akhir na. dan yang lebih menarik lagi bahwa penulis harus menjadi 'aku' dari sekian banyak tokoh yang becerita tersebut, yang menuturkan versi mereka masing-masing.

4 bintang untuk cerita na. minus 1 bintang karena lama na waktu yang dibutuhkan buat nyelesain na.
nb: ga nyesel malak mas tomo di kopdar gri 3, makasih mas :)

Abdyka: pada awalnya aku pikir ini buku tentang penyihir sebagaimana judul buku ini sendiri "Sang Penyihir dari Portobello" namun aku salah. pada bab-bab awal aku pikir ini buku tentang perjalanan Athena mencari kebenaran dengan jalan yang tidak biasa dan sulit, namun aku salah. pada pertengahan cerita aku pikir ini buku tentang perjuangan akan kehausan manusia mencari jati dirinya, namun aku salah.

pada ujung kisah aku pikir ini buku tentang Sang Ibu yang tengah menjalankan misinya dan memandang dunia dengan cara yang penuh kedamaian, namun aku salah. dan pada saat kuletakkan buku ini kembali kedalam rak buku, baru kusadari ini buku tentang cinta. cinta yang mencoba didefenisikan oleh penulis, cinta yang melenceng dengan paradigma umum, cinta yang membuat kita salah dalam mengira. karena menurut penulis cinta adalah (...............)

Cyndi: After reading The Alchemist so many years ago, I became so hooked by this author. His works always had a clear and sure point, whether how to dream and never afraid to reaching your dreams, or how to be honest to yourself, accepting who you are for what you are. This book still had that.

Meet Athena, she was a restless young woman with impulsive behavior who then accept enlightenment through dancing and calligraphy. In the next chapter of her life, she thus influencing everyone lives she touch, by making themselves dare to accept their own selves, and by doing so, making them closer to Mother, Gaia, or the feminine side of God.

This book was written in multiple point of view, i.e Athena's mother, Edda the protector, Andrea the actress and Heron Ryan, a man who fall in love with her. All were interviewed and the transcripts was wrapped by Athena boyfriend, a Scotland Yard officer who never shown in the story (which is odd, because from so many people who knew her, only Heron the journalist who mention him in his statements **I don't even sure if he's real or not**).

There are lots of material here about new ageism that quite fascinating. The conversations were smart, logical and honest. And even tough the theme about feminine God has been the subject of his previous works, this book broaden the perspective.

All and all, I like this book, but I love Alchemist and Miss Prym 10 times more.

Grace: I just finished reading The Witch of Portobello by Paulo Coelho. It reminded me a lot of the writings of Richard Bach...both authors have an overall story to tell, but choose to go into "sermons" on spiritual thoughts, beliefs, and practices throughout the book. It's kinda like a new-age/pagan parable. The Witch of Portobello was a bit heavy-handed at times, and some of the ideas were a bit too new-age for my interests (not that I don't agree, just not that interested) but portions were really great. I think anyone of alternate spiritual leaning could find something of interest in this book.

"Try to fill your life again with a little fantasy; above our heads is a sky about which the whole of humanity -- after thousands of years spent observing it -- has given various apparently reasonable explanations. Forget everything you've ever learned about the stars and they'll once more be transformed into angels, or into children, or into whatever you want to believe at that moment. It won't make you more stupid -- after all, it's only a game -- but it could enrich your life." -pg 137

All-in all a very good book, but I look forward to going back to a mythic fiction novel next time.

Amir: کوئلیو به اندازه کافی شناخته شده هست که احتیاجی به توضیح نداشته باشه...
...
کتاب ساحره پورتوبلو رو در سال ۲۰۰۶ نوشته...من بیش از ۱۰ تا کتاب تاحالا از کتابهای کوئلیو رو خوندم... بعد از کتاب زهیر انتظار بیشتری رو نسبت به نوشته های کوئلیو داشتم... این کتابش به نظر من هیچ حرف جدیدتری رو نسبت به کارهای قبلیش نداشت... تاکید اصلی بر قسمت مادینه وجود و طبیعت و خدا بود... فقط چیزی که در کتاب به نظر من خوب بود سبک روایی داستان بود که از زبان آدمهای مختلف نقل میشد... که خوب البته در ادبیات چیز جدیدی نیست مثل چند نمونه از کارهای فالکنر ولی در کارهای کوئلیو اولین بار این سبک استفاده شده بود. کتاب بیشتر متناسب با روحیات زنانه هست... احتمالا خانمها بیشتر از این کتاب خوششون بیاد.

Ratna: --update after finish--
My problem when reading Coelho's is, except for The Pilgrimage (the first Coelho's I read) and The Alchemist, I always got a strong impression that the author was trying hard to convey some wisdom. As if the author knew - too much - that the readers had expected to learn something from his books, and that he tried to fulfill this expectation.
Even in this book, although I like very much the way different people told their perspectives about Athena. But how come that in these dialogues, no matter who was doing the conversation at that time, there was always one side who was wise and able to put his / her wise thought into perfect sentences?

As far as I remember, The Alchemist was the only one (from those I have read) that was told in a different way. Any wisdom was embedded in the story, flowing with the character's adventures till the end of the book. Perhaps I should read it again, to confirm this impression.
--update till page 108--
A compilation of unoriginal wisdom :( Though the way the stories and the main character are told from different perspective (by different people) is quite good.
--update—

kenapa susah sekali menyelesaikan novel satu ini... duh

Stephanie: Not what I thought it was going to be at all. To be honest, I thought the book was borderline creepy. Just that so many people could pledge themselves to a charismatic stranger, I find unnerving. I guess this work just addresses the quest that every human being makes during his or her lifetime to come in contact with spirituality; just in a weird, non-relatable way for me. All the characters just seemed so gullible. It's as though they were just all so spiritually lost, that they were grasping for ANYTHING, that when Athena came along with a bit of fabricated confidence and leadership it was enough to create a cult. I would have appreciated a little bit more realistic skepticism; but I guess we WERE dealing with actors and writers and shrinks, were we not? :) I did enjoy the book being told from different people's points of view (which I think makes it difficult to listen to as an audio book). I also enjoyed the twist ending -- it really made the book worthy reading for me. I recommend that if anyone is discussing this at a book club, the discussion should be opened with a dancing session where everyone dances against the rhythm of the music :).

0 komentar: