Review Catatan Kecil Tentang Dia

Minggu, 04 Desember 2011

Catatan Kecil Tentang Dia

by Aril Andika V. (author), dkk

Saya mau membuka rahasia kami. Jujur, kadang kami sedikit mencemooh saat Ibu mulai menanyakan nama-nama lain dari majas. Saya sendiri sering berpendapat, itu semua seperti tak ada gunanya, seperti kaset rusak saja yang terus mengulang setiap katanya. Namun, lama-lama saya sadar, saya salah. Pelajaran dengan model "kaset rusak" itu terbukti cukup efektif untuk menghafalkan beberapa nama-nama yang aneh dari majas.

Catatan Kecil Tentang Dia adalah ekspresi jujur dan apa adanya atas kenangan yang terjalin antara murid dan sang pendidik. Kita akan menemukan rangkaian cerita menarik dari sudut pandang seorang pelajar di buku ini. Cerita-cerita di dalamnya juga membuat kita berhenti sejenak untuk memikirkan apa sesungguhnya saling belajar itu. Tak hanya murid yang belajar dan sadar, para guru pun bisa belajar dari kisah-kisah yang mereka tuturkan.

Inilah sebuah persembahan sederhana bagi dia, sang pahlawan tanpa tanda jasa.

"Membacanya membuat saya tiba-tiba ingin memeluk guru saya."
- Ita Sembiring, penulis dan pengajar - La Casa ad Educare, Pusat Studi Guru Indonesia

"Rasanya cerita tentang guru nggak akan ada habisnya. Selalu saja ada yang seru, haru, kesel, senang, dan campuran rasa lainnya."
- Vivid Argarini, Editor in Chief Aneka Yess! dan Keren Beken

Gagas Media 2009

Desni: Byk hal yang bisa meninggalkan kesan di hati seorang murid ttg gurunya... Buku ini merupakan kisah nyata yang dialami murid2 dg gurux...ada kebencian...ada kecewa...ada sukacita....

Diramu mjd sebuah buku yg bagi aq sendiri...mbuatQ bangga mjd guru apapun penilaian muridQ ttg aq... Aq akan tetap melakukan yang terbaik buat mereka coz...aq sayang muridQ

Jimmi: Pagi hari, setelah melihat anak-anak tetangga dibawa ibunya mendaftar sekolah. “Pokoknya aku mau sekolah!”“Lho, kan umur kamu masih belum cukup, sayang..”“Ngga mau tahu, pokoknya aku mau sekolah, titik!”“Koma dulu dong, sayang. Jangan langsung titik. KanMama belum selesai bicara...”“Ya udah!” Ya udah apa…?”“Ya udah, Mama silahkan bicara sekarang.”“Hmmm, begini…umur kamu harus tujuh tahun dulu, baru bisa didaftarkan masuk sekolah. Peraturannya seperti itu, sayang…” “Tapi aku mau sekolah, Ma…” *menampilkan muka sengsara* “Iya, Mama tahu, tapi kita harus sabar menunggu…” *mengelus-elus kepala anaknya*
Tapi tanganku udah nyampe nih… Lihat nih, Ma..” *Sambil menjulurkan tangan kanan melewati atas kepala untuk menyentuh telinga kiri* “Dua tahun lagi ya, sayang…” *sambil tersenyum* “Ngga mau…” *mulai nangis berlebihan* “Ya udah, ngga perlu nangis dong. Begini saja, nanti kita bicara sama Papa ya.”

Besoknya, saya pun dibawa mendaftar ke sekolah. Setelah orangtua saya berbicara cukup lama dengan sang kepala sekolah, akhirnya jadi juga saya terdaftar sebagai murid Sekolah Dasar Negeri 2, Tarutung. Menjadi murid paling muda. Dan tahun-tahun berikutnya selalu menjadi murid yang paling muda di kelas.

Entah apa saat itu yang membuat kepala sekolah itu memperbolehkan saya didaftarkan meski belum cukup umur. Entah apa pula yang dikatakan atau lakukan orang tua saya. Biarlah itu menjadi urusan mereka. Urusan saya hanyalah sekolah. Walaupun dikemudian hari saya akhirnya tahu kenapa hal itu bisa terjadi :D

* * * * * Rambutnya kriwil mekar. Tubuhnya agak pendek dan sedikit gemuk. Kulitnya putih. Mukanya bulat. Matanya besar dan kesannya melotot. Pakai kaca mata pula. Tampilan rapi dan dandanannya anggun, ibu guru banget!! Kesan pertama: Dia pasti GALAK!!!

*Oh tidak!!! Sepertinya saya memang masih terlalu muda untuk masuk sekolah. Dua tahun lagi mungkin orang ini sudah pindah. Tapi…aku yang ngotot memulai jadi harus tetap dilanjutkan.*

Beliau adalah guru saya saat kelas satu. Selayaknya guru kelas satu SD, beliaulah yang mengajarkan pelajaran dasar baca tulis dan berhitung kepada saya. Mengenal huruf, merangkai huruf menjadi kata, kemudian merangkai kata menjadi kalimat. Mengenal angka, kemudian membuat operasi-operasi sangat sederhana dengan angka-angka tersebut. Dan yang paling penting, ternyata dia tidak segalak yang aku takutkan.

Tidak banyak kenangan yang bisa saya ingat mengenai beliau, meskipun saya menghabiskan satu tahun bersama beliau di kelas satu. Namun, tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasihku pada para guru dan orang-orang yang telah mengajar aku, beliau pasti berada diurutan pertama dalam daftar terima kasih pada guru yang pernah mengajar saya. Karena beliaulah yang membuka jalan bagi saya menembus belantara huruf dan angka di dunia pendidikan.

* * * * *

Saya yakin setiap orang pasti punya kenangan dengan setidaknya salah satu gurunya di masa sekolah dulu (sekarang). Entah itu kenangan manis, lucu, menyebalkan atau bahkan yang masuk kategori mengerikan. Dan kenangan-kenangan itulah yang membentuk buku ini. Berisi 25 kisah kenangan yang diceritakan 25 siswa (saat mereka duduk di bangku SD, SMP, dan SMA) mengenai gurunya. Banyak kenangan yang bersifat memuji, tapi ada juga yang mengkritik dan mencela.

Ada yang menganggap gurunya sebagai motivator, orang tua kedua, pemberi nasihat, dan lain-lain. Meski ada juga curhatan seorang anak dari sebuah sekolah asrama yang secara jujur mengaku dirinya sangat bandel dan sangat membenci guru-gurunya di sekolah. Bahkan sampai harus berantam terus sama guru-gurunya.

Terus terang, harus saya akui kalau saya agak merasa bosan membaca buku ini. Karena terasa datar-datar saja. Maklum, isinya kan curhatan anak-anak sekolah (maksud lohhh!!!) Seperti surat yang diberikan seorang siswa kepada guru kesayangannya yang mau pindah tugas. Bisa Anda bayangkan seperti apa isinya kan?

Nah…ini informasi penting nih. Jika Anda sudah sampai pada tahap bosan membaca halaman-halaman awal dari buku ini (seperti rasa bosan yang Anda rasakan saat membaca ripiu ini), segeralah buka halaman 131 yang berjudul “Guru Sukaharta”. Curhatan ini cukup lucu dan menghibur buat saya. Dia mengkritik gurunya yang sangat mencintai uang dengan gaya bercanda. Atau coba buka halaman 217 yang berjudul “Kenapa harus bohong, bu?” Mungkin Anda akan langsung teringat pernah mengalami hal seperti itu saat ada orang dari Depdiknas berkunjung untuk menilai proses belajar mengajar di sekolah Anda.

Selamat bernostalgia!

*Jika Anda merasa bosan membaca ripiu ini, maaf…saya tidak bisa memberi pilihan lain kecuali segeralah berhenti, karena memang ripunya sudah selesai sampai di sini*

Stefanie: Buku ini adalah kumpulan cerita-cerita yang ditulis oleh siswa dari berbagai kota di Indonesia. Semua cerita ini dikumpulkan jadi satu karena memiliki sebuah kesamaan: yaitu menceritakan tentang guru mereka.
Setiap cerita dalam buku ini memiliki kesan berbeda-beda terhadap guru mereka, dan hal inilah yang membuat buku ini menarik. Pembaca dapat melihat bagaimana seorang siswa memandang gurunya. Ada siswa yang diubah oleh gurunya menjadi pribadi yang lebih baik untuk masa depan, dan banyak cerita yang lain.

Sebenarnya konsep buku ini sangat menarik, hanya saja saya agak kecewa karena tidak bisa merasakan perasaan haru yang katanya dapat diperoleh dari cerita-cerita dalam buku ini.

But anyway, lumayan untuk bacaan ringan sebagai pengisi waktu luang. :)

Fitria: saya suka buku ini. mengingatkan saya pada masa-masa sekolah saya. nanti saja diteruskan review-nya...

Bunga: Baru aja dikasih oleh Iyas, salah satu muridku, penulis salah satu ceritanya...

*bikin minder... anak SMP udah bikin buku... gurunya belon...*

Nilam: Suatu hari, entah kapan, semoga ada satu saja muridku yang menulis tentang aku.. Ngarep sengarep2nya. Hehe.

Tri: iyas' n Ni'am book :)
my students (iyas abdurrohman n Syukron Ni'am)are one of the author.. his original story -actually- better than d last result (print in this book) alhamdulillah.

0 komentar: