Review Dewi Kawi

Kamis, 01 Desember 2011

Dewi Kawi

by Arswendo Atmowiloto

Eling, pernah hidup dari sisa-sisa daun kol yang membusuk, juga pernah hidup bercinta dengan perempuan yang dinamai, atau menamakan diri, Kawi. Eling, yang namanya juga tak begitu dikenali secara lengkap oleh Kawi, pernah hidup kaya, terkenal, dan menjadi juragan.

Saat itulah Eling ingin membalas budi kepada Kawi, dengan sebutan terhormat menjadi Dewi Kawi, namun ia tak bisa menemukan jejaknya. Apakah Dewi Kawi sudah meninggal dunia, ataukah hidup dalam kemiskinan, atau juga beranak cucu seperti dirinya, atau gila, atau yang lain lagi?

Eling ragu : apakah perempuan itu pernah ada benar-benar dalam hidupnya? Apakah ia benar-benar mencintai? Apakah sebenarnya semua ini bukan khayalannya sendiri, rekontruksi pikirannya, kenyataan baru yang diciptakan-dan karena ia seorang yang sukses, kisahnya dianggap kebenaran. Sedemikian sering ia membayangkan, dan mempertanyakan, sedemikian banyak kisah terciptakan. Sehingga adegan bertemu sebelum berpisah dengan Kawi dalam gerimis pun, bisa menjadi berbagai versi. Dan Eling tak tahu pasti bagian mana yang benar-benar dialami-kalau benar mengalami.

Bagi Eling, kenyataan atau kebenaran ternyata bukan apa yang dialami, atau dialami bersama orang lain, melainkan juga bisa yang diciptakan kembali, dibentuk kembali, dan kemudian dipercaya bersama orang lain. Seperti iklan atas produk yang dihasilkan, yang berasal dari sisa daun kol atau sisa apa saja.

Arswendo Atmowiloto, menyelesaikan novel pendek ini hampir bersamaan dengan ketika menuliskan Horeluya, Blakanis, 3 Cinta 1 Pria, Kau Memanggilku Malaikat, sejumlah kolom tetap di koran, sejumlah skenario, bersama istri, anak-menantu, dan lima cucu. "Umur saya 60 tahun, tapi kalau memakai rekontruksi model Dewi Kawi, saya sebenarnya baru 15 tahun, kalau perhitungan dimulai saat keluar dari penjara."

Gramedia Pustaka Utama 2008

Dani: Bukunya Arswendo yg pertama gw baca,belinya obralan pula :Peace: setelah baca bukunya,ketauan kenapa ni buku diobral :ngakak mungkin khas AA kali ya,bahasanya blak2an,nyindirnya tajem,yaa begitulah.. Tapi bingungnya,di buku ini tuh g jelas yg bercerita siapa,apa salah editornya y?:D

ceritanya sih simpel banget,pencarian yg dilakukan seorang juragan sama perempuan yg dulu (berpuluh2 taun lalu) pernah jadi pacarnya,nah,perempuan ini ternyata adalah PSK,setelah dilakukan pelacakan,ditemukan beberapa wanita yg namanya sama kaya si perempuan yg dicari,maka dimulailah pencarian,dan ujungnya adalah... Alur buku ini jg kurang jelas,kpn cerita skrg,kpn flashbacknya.. Apakah ini gaya AA?atau emang ini buku gagalnya dia?:D

Diana: Walau di dalamnya banyak sekali hal-hal yang berbau seksual(buat saya merinding), namun Arswendo sepertinya berusaha untuk membuat novelnya ini realistis. Dan itu keren banget. Endingnya juga bagus dan banyak sekali pelajaran yang dapat kita raih melalui novel ini.

Desy: Tamak rame juga :D

Adith: Bagaimana kita membangun sebuah kenangan terhadap sebuah peristiwa. Mau diingat terus, mau dilupakan...Mau dibawa enak atau mau dibuat mengesalkan. It's all depends on us. It's all about our mindset. "...dusta sebenarnya bentuk lain dari yang kita kenal sebagai cinta. Dalam keadaan jatuh cinta kita menangkap senyuman sebagai perhatian, kita menemukan realitas lain dari sebatang coklat sebagai sesuatu yang istimewa...Tapi cinta? Aku sendiri yang menghidupkan, mendramatisir, membentuk sebagai sesuatu yang indah...


0 komentar: