Review Madre

Sabtu, 10 Desember 2011

Madre (Kumpulan Cerita)

by Dee (Goodreads Author), Sitok Srengenge (Editor)

“Apa rasanya jika sejarah kita berubah dalam sehari?
Darah saya mendadak seperempatTionghoa,
Nenek saya seorang penjual roti, dan dia,
Bersama kakek yang tidak saya kenal,
Mewariskan anggota keluarga baru yang tidak pernah saya tahu: Madre.”

Terdiri dari 13 prosa dan karya fiksi, Madre merupakan kumpulan karya Dee selama lima tahun terakhir. Untaian kisah apik ini menyuguhkan berbagai tema: perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, sampai tema seperti reinkarnasi dan kemerdekaan sejati.

Lewat sentilan dan sentuhan khas seorang Dee, Madre merupakan etalase bagi kematangannya sebagai salah satu penulis perempuan terbaik di Indonesia.

Bentang Pustaka 2011

Saya: MADRE, itu cerita pendek pertama dalam buku ini. Madrea bukan orang, meski kedengaran seperti menyebut nama orang, Madre, Mader, Mother. Tapi sebenarnya Madre adalah nama untuk BIANG KUE/ROTI dari sebuah toko roti saman Belanda, Tan de Bakker... kisah yang seru, karena Madre diwariskan oleh seorang Eyang Tionghoa kepada cucu yang India.... Keren!!!!!

TERIMA KASIH UNTUK MYDEE.... UNTUK HADIAHNYA YANG SANGAT MENGGUGAH HATI INI... LOVE YOU SO MUCH!

"Dee bikin saya ketawa di bagian akhir cerita "madre" ini... biang roti nanas yang dibikin Tansen mau dikasih nama Padre............huahahahahaha...Dee itu bisa ngelawak juga ya!"

"Sepuluh Judul setelah MADRE, saya nyaris tidak menemukan keasyikan membaca seperti pada MADRE, karena DEE nyaris ABSTRAK.... mungkin saya hanya perlu membaca saja, tidak perlu banyak cing cong!"

"Setelah MADRE, kita butuh berpikir banyak ketika membacanya............."

"Dee menutup cerita dengan Prosa "Barangkali Cinta" barangkali cinta, karena darahku, napasku, dan tatapan mataku kehilangan semua makna dan gunanya, jika tak ada engkau di seberang sana, brangkali cinta"

Indri: madre, dari bahasa spanyol berarti ibu. Entah apa yang membuat nenek Lakshmi yang India, pencipta madre ini menamakannya demikian. Mungkin karena madre adalah ibu dari semua adonan roti Tan de Bakker. Tapi kenapa dari bahasa spanyol? Ada kenangan maniskah dengannya? Kenapa tidak dari bahasa India, dari tempat moyang Lakshmi berada?

madre, yang diwariskan ke tangan Tansen, dan menitipkan dirinya sendiri untuk dipertaruhkan, apakah ia hidup dengan Tansen, atau memiliki tuan yang baru. (atau kebetulan?) mempertemukan madre dengan peri roti. Nasiblah yang membuat Tansen menjadi penentu hidup toko Tan de Bakker, sebagai pemilik madre, untuk bertanggung jawab. membuat ceritanya bukan sekadar fragmen hidup, tapi tentang peralihan nasib, konsekuensi atas pilihan yang diambil sendiri.

***

Tidak tahu, apakah Dee masih bisa membuat cerita panjang sebagus Supernova lagi, setelah beberapa kumpulan cerita sebelumnya tidak menorehkan kesan yang kuat. Saya termasuk penggemar Dee di era Supernova, dengan cara menulis, tema dan ide cerita yang unik, kaya dengan pengalaman pikiran. Bukan penggemar era kumcer dan Perahu Kertas-nya, yang lebih ringan, kenes dan mudah dicerna. Karya kumcer ini tidak selalu mudah dicerna juga, terkadang malah tidak mengerti maksudnya apa.

Jadi sebagai penggemar Dee seri Supernova, saya masih rindu tokoh Diva, sang supermodel angkuh, Gio petualang tampan, Bodhi, seniman tato pengembara, atau Elektra gadis listrik yang unik. Satu kisah manusia yang tak biasa, dengan pengalaman hidup yang unik, pencarian diri, bukan cuma potongan fragmen kebetulan yang tak terselesaikan.

Saya berharap banyak pada guruji, kisah Ari ahli spiritual yang pernah bersahabat dengan Ari juru ramal, yang saya harapkan bisa diolah lebih kompleks dengan karakter tokoh2 yang kuat, dengan cerita yang lebih panjang dan menarik, bukan cuma potongan baca sesaat seperti ini. Mudah-mudahan bisa jadi cerita utuh dengan pengolahan menarik.

Namun saya suka satu cerita terakhir ini, sederhana, ringan, tapi utuh. bukan sekedar gumaman dari penulisnya. Membuat saya lupa bahwa masih ada puisi cinta sesudahnya.

***

Starla dengan petualangan cintanya, hidupnya yang ceria, fluktuatif, bervariasi. "Oh, Starla. Jangan sampai aku balik mencari alasan kenapa kamu masih hidup, ya. Karena itu cuma sopir bajaj dan Tuhan yang tahu." Che yang stabil, hidup dengan rutinitas yang dipilihnya sendiri, sejak sarapan hingga berangkat tidur. Kami bersahabat baik sejak hari pertama kami berkenalan. Sesuatu yang bisa dikategorikan sebagai "mukjizat". mukjizat? kebetulan? Ah, itu kayaknya nggak perlu dijelaskan. Being real friend never need a reason..

Miss: MADRE Mendapatkan warisan dari orang yang sama sekali tidak kita kenal tentulah menjadi satu peristiwa yang sangat mengejutkan. Siapakah gerangan sang pemberi waris tersebut ?? Hubungan apakah yang terdapat di dalamnya ?? Terlebih lagi bila ternyata isi amplop warisan tersebut hanyalah sebuah kunci dan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat.

Berbekal kunci dan alamat tersebut, Tansen memulai sebuah perjalanan hingga ke sebuah bangunan tua di daerah Jakarta tua yang dulunya adalah sebuah toko roti bernama "Tan de Baker". Disanalah Tansen menemukan begitu banyak kejutan. Dari sejarah hidupnya yang sama sekali di luar dugaan hingga warisan yang diterimanya. Kunci yang diwariskan kepadanya ternyata adalah kunci sebuah kulkas yang menyimpan madre, warisan yang sesungguhnya.

Meskipun bagi Tansen semua ini hanya sebuah lelucon, tapi ternyata Madre kemudian mampu memutarbalikkan dunianya dan membawanya memasuki sebuah kehidupan yang sama sekali tak terbayangkan sebelumnya.

Pak Hadi, Pak Joko, Bu Cory, Bu Sum, Bu Dedeh, dan Mei secara serentak memasuki kehidupan Tansen, menggerakkan sebuah bakat alam yang selama ini tak pernah disadarinya sehingga di tangannya Madre kembali menghidupkan toko roti "Tan de Baker" yang mati suri. Madre laksana jantung yang kembali berdenyut kencang memompakan darah mengaliri segenap nadi Tan de Baker. Sehingga toko tersebut tak hanya bangun dari tidur panjangnya, tetapi justru menjadi lebih baik.

Siapakah Madre sesungguhnya ?? Madre yang berasal dari Bahas Spanyol yang berarti "ibu" ternyata adalah "biang pembuat roti" yang diracik secara khusus sehingga tetap hidup hingga puluhan tahun. Saya yang sama sekali tidak memahami dunia "perotian" jadi bertanya-tanya: apakah biang roti semacam Madre dan Yeye ini benar-benar ada ??

Entahlah, yang pasti dari kisah sederhana ini saya menangkap pesan yang ingin disampaina Dee bahwa hidup jauh lebih bermakna bila kita bisa memberi arti bagi orang lain. Meskipun itu berarti kita harus meninggalkan "zona nyaman" yang selama ini meninabobokan kita. "Hidup hanya sekali, maka hiduplah yang berarti !" Dari 13 cerita/prosa yang terdapat di dalam buku ini, ada beberapa yang sama sekali tidak saya mengerti dan menimbulkan tanya yang tak terselesaikan, misalnya saja tentang cerita "Have you ever ?".

Tapi Rimba Amniotik, Menunggu Layang Layang dan tentu saja Madre, menjadikan buku ini tetap enak untuk dibaca.

Felicia: Apabila dibandingkan dengan Filosofi Kopi jelas berbeda. Aku suka cerita yang pertama dan terakhir Madre dan Barangkali Cinta. Madre dengan Tansen de Bakker dan Barangkali Cinta dengan Che & Starla. Seperti cerita pendek lainnya memang Dee oke banget untuk cerita bernuansa inspirasi dan cinta. Really enjoy this book for sure! :)

Annisa: Sudah cukup lama saya menunggu karya baru Dee. Senang rasanya buku barunya yang berjudul Madre ini sudah ditangan dan saya lalap habis kurang dari satu jam. Hehe. Buku ini ternyata adalah kumpulan 13 campuran cerpen dan puisinya Dee antara tahun 2006 – 2011.Secara overall saya merasa jauh lebih dahsyat Rectoverso daripada Madre. Di Rectoverso hampir di setiap kisah saya merasa terseret masuk ke dalam dunia ciptaan Dee. Namun Madre ini cukup mengobati rasa kangen saya terhadap karya-karyanya.

Diantara puisi-puisi yang ada dalam buku ini, saya paling terkesan dengan Percakapan di Sebuah Jembatan :“Berdua kami melintasi jembatan sejarahTahun-tahun yang berhiaskan putih harapan dan merah darah Dan aku bertanya : apakah yang sanggup mengubah gumpal luka menjadi intan

Yang membekukan air mata menjadi kristal garam?
Sahabatku menjawab : Waktu Hanya waktu yang mampu”

Sedangkan untuk Cerpennya saya sangat kesengsem (bahasa apa pula ini) sama Madre. Kisah singkat ini kocak sekaligus menyentuh. Alkisah seorang pria keturunan India bernama Tansen yang hidup bebas di Bali sebagai freelancer tiba-tiba mendapat warisan dari seseorang pria tua beretnis Cina yang bernama Tan Sin Gie.

Tansen pun berangkat ke Jakarta untuk mengobati penasarannya. “Siapa dia?, Kenapa Aku?” Pikir Tansen. Di pemakaman orang tua tersebut Tansen bertemu dengan seorang pengacara keluarga. Warisan Tansen adalah sebuah amplop yang berisi sebuah alamat. Tansen pun diantar oleh pengacara tersebut ke alamat yang dimaksud.

Ternyata alamat tersebut adalah alamat sebuah gedung tua yang kondisi luarnya sudah memprihatinkan. Disana ia bertemu dengan orang tua bernama Pak Hadi yang menjaga gedung tersebut. Dari Pak Hadi ia mengetahui asal muasal keluarganya yang sebenarnya dan bahwa ternyata warisannya adalah setoples adonan biang roti berumur 70 tahun yang diperlakukan sebagai manusia dan diberi nama Madre. Mau tidak mau saya dibuat tertawa terkekeh-kekeh membaca cerita ini.

“Tawaku menyembur. Akhirnya kutemukan kelucuan dari semua ini. Telah kusebrangi lautan, menemui orang-orang asing yang tiba-tiba mengobrak-abrik garis hidupku, menguak sejarah orang-orang mati yang tak mungkin bangkit lagi, dan satu-satunya yang tersisa dari rangkaian drama itu adalah satu toples adonan roti?”

Banyak dialog-dialog lucu antara Tansen dan Pak Hadi. Dee menggambarkan perbedaan generasi dan kebudayaan dengan menghibur. Pak Hadi yang tidak bisa membedakan antara Warnet dengan Wartel ataupun Pak Hadi yang tidak bisa mengerti bagaimana caranya internet bisa menghubungkan orang-orang versus Tansen yang rutin menulis di sebuah blog. Sungguh membuat senyum-senyum sendiri. Di tangan Dee perbedaan generasi dan budaya menjadi potensi untuk saling melengkapi. Apa yang akan Tansen lakukan dengan si Madre? Baca aja sendiri yaaaa.. Dijamin seru deh, hehe.. Cerpen lain yang cukup berkesan untuk saya mungkin yang berjudul Semangkok Acar Untuk Cinta dan Tuhan. Walaupun cuman empat halaman, cerpen yang ini mungkin yang paling “menggigit” diantara yang lainnya.

Oiya, satu lagi self dialogue menarik Tansen ketika bertemu dengan seorang perempuan bernama Mei yang ia kenal lewat blog :

“Sejauh ini Mei sesuai dengan gambaran yang kusimpulkan saat membaca pesannya di blog dan berbicara dengannya di telpon. Seperti banyak orang Jakarta yang kutemui, ia pun dijangkiti semacam keresahan yang khas, yang membuatnya berbicara cepat, bergerak cepat, dan saat duduk pun kakinya bergoyang-goyang seperti diatas pedal mesin jahit. Orang-orang Jakarta ini, mereka seperti selalu overdosis kafein.”

Ditta: Saya adalah penikmat cerita bukan Puisi, jadi alasan saya kenapa memberikan 4 bintang di sini adalah karena saya hanya bisa menikmati kumpulan2 cerita dari dee tapi tidak puisinya...Puisinya oke sih tapi yah balik lagi karena saya ngga suka puisi jadi yah gitu deh :P Madre dan Menunggu Layang-Layang.

2 cerita yang sangat saya sukai dari buku ini.
Madre... awal tau kalo dee akan mengeluarkan buku dan salah satunya ada cerita pendek berjudul Madre, saya yang pada saat itu sedang mengikuti les bahasa spanyol, langsung berpikir kalau "wah...buku ini tentang ibu yah??perjuangan seorang ibu..." dan sebagainya.... tapi...tettooott..saya salah.
Saya ingat waktu membaca draft buku ini di HP, waktu itu saya sedang dalam perjalanan di bis Trans Jakarta, hendak menuju ke Kuningan, saya benar2 tidak bisa lepas dari cerita ini.
"Ommoo...jadi madre ini biang roti??wahahaha...."
saya benar-benar terkejut! Terkejut karena kepiawaian dee meramu kalimat-kalimatnya, meramu ceritanya, bahkan berasa ikut sedih waktu mei bercerita tentang roti biang yeye-nya yang dia "bunuh" sewaktu dia kecil. Sederhana tapi penuh arti. Dan seketika perut saya kerontangan meminta diisi setangkup roti hangat...*yes..and i felt like this all the time when i read this story* Madre = Ibu, yah bener juga sih...madre di sini digambarkan sebagai biang roti, yang akhirnya akan melahirkan roti-roti lainnya, persis seperti ibu yang melahirkan anak-anaknya. Menunggu Layang-Layang
Starla dan Che....

kisah tentang seorang perempuan dan seorang lelaki bersahabat lalu kemudian saling suka mungkin terdengar standar dan sudah cukup banyak dibahas baik di novel-novel, sinetron, FTV, Film, dan sebagainya Cerita ini memang ketebak kok taaapiiii tetap saja ada ramuan2 lain yang membuat cerita ini bedaaa diksi yang diambil, dialog2 antara kedua tokoh tersebut dan konflik yang dibangun membuat cerita pendek ini terasa nikmat sekali. Belum lagi suguhan humor tentang ikan lele dan septic tank juga bisa dibilang khas sekali, saya seperti membaca kembali Perahu Kertas, kedua tokoh itu seperti Kugy dan Keenan hanya dalam format yang lain.

over all....i like it

Devi: Awalnya, males baca buku yang lagi hits. Namun setelah baca Time Line di Twitter yang terus menerus mengungkap Madre, saya jadi penasaran, apalagi saya ketahui editornya adalah Sitok Srengege. Maka dataglah saya ke pesta buku Jakarta dan membeli buku tersebut.Hasilnya? Seperti membaca jalan cerita saya sendri. Tentang Kebiasaan menulis Blog, tentang kebebasan dan petualangan, tentang Jakarta dan begitu saya tidak sukanya tinggal disini namun ternyata hal itu adalah pilihan saya sendiri.

Saya sadari bahwa, "Home" adalah tempat dimana kita diterima tanpa beda, "keluarga" adalah mereka yg slalu menerimamu dengan tangan terbuka dan mendukungmu tanpa lelah. Dan terantuklah saya terhadap beberapa kutipan Madre yang cukup mengena:"saya meninggalkan bali,menetap di kota yang paling saya hindari.bekerja rutin di satu tempat yg sama tiap hari""Saya rindu pantai,tapi pantai tidak perlu jadi rumah saya.rumah adalah tempat dmn saya dibutuhkan"

0 komentar: