Review Gerhana Kembar

Senin, 02 Januari 2012

Gerhana Kembar

by Clara Ng

Gramedia Pustaka Utama 2007

Saya: Kelihatan terlalu dipaksakan, menurutku...tp dia cukup berani mengangkat tema Lezbian turunan. Sayangnya, Clara seperti cemas akan penerimaan masyarakat Indonesia dan mengungsikan tokoh Lez ke luar negri. Cukup menggambarkan seperti apa "otak" n "penerimaan" juga "penyaringan" org2 Indonesia sampai dimana.

Sondang: I got this book as a birthday present, that'w why this book ended up in my bookshelf and as much as I want to exchange it, I couldn't for the ethics of gift :D
I don't like this book, absolutely not because I'm a homofobia :D

it's just.... again, I found the character way too shallow.hei hei, I know there's a love in first sight, chemistry, thunder in first sight, things like that.... but knowing people in two months, (either hetero relationship or homo one) and already the phisycal stuff come so suddenly -tahun 60 pula-, it just kind of tearing all the emotional description.As I finished this book, I couldn't see and understand the chemistry between Selina dan Fola, it certainly not something emotional, it's only as shallow as phisycal... Sorry to say about that.

And that's made the story is even boring.
I mean, except the idea is ok since it's not so common (and I know many people are trying to read about this kind of idea these days), the writing is so-so. The characters are shallow, and the conflict are apa ya...nanggung gituh :D Drama tapi nggak gereget, and I couldn't fing any sentence to quote :( (since it's my favourite part in after reading a book)By the way, bahasanya kok resmi sekali.I found too much EYD made this kinda boring too (oke, maybe because I just re-read Testpack again -the onoly Ninit book I read- hehe.)

Fhia: Setelah menolak naskah novel "hari-hari lines" yang tentunya berhubungan dengan dunia lesbian, ternyata naskah usang yang dia temukan dalam lemari Oma-nya bercerita tentang karya non fiksi tulisan Oma-nya sendiri, dan apa yang dilakukan Oma-nya yang sekarang terbaring lunglai di rumah sakit benar-benar membuat hatinya berdegup kencang.

Nenek Lendy seorang lesbian. Henrietta Selina yang sudah menetap di Paris sukses dibujuk oleh Lendy untuk mau datang ke jakarta menemui Oma-nya. Untuk mengembalikan cinta terlarang Oma-nya. Cinta itu abadi, meski tlah 40 tahun lebih mereka berpisah. Eliza mama Lendy yang bekerja sama dengan Lendy, telah mengungkap apa yang selama ini menjadi rahasia Oma Diana.

Sungguh novel Clara NG, penulis favoritku selalu menggugah keinginanku untuk terus dan terus membacanya sampai habis tanpa harus menunggu waktu 2 atau 3 hari. Merelakan menunda waktu tidur, merelakan suami berasa Bete dianggurin, heueheueheu *maaf ya pa*

Annisa: Depresif. Karena selalu ada orang yang selfless dan mengutamakan kebahagiaan orang lain daripada dirinya sendiri. Karakter seperti tak tergali dengan dalam. Cinta yang ada di panggung utama terasa tidak natural dan rada dipaksakan, bahkan sedikit terkesan physical. Dan para tokoh seperti lalu-lalang di latar yang tak terlalu jelas. Jakarta zaman dulu tidak evident. Tidak seperti tulisan Clara Ng yang sebelum2nya, ini sedikit melempem, padahal topiknya menggiurkan.

Namun bolehlah untuk percobaan kali pertama seorang penulis yang menurut kata pengantarnya "tidak tahu apa-apa" tentang topik ini. Tema keluarga berdenyut kencang sepanjang buku. Mungkin memang itu yang ingin disampaikan Ng. Sepertinya penelitiannya lumayan banyak untuk karyanya yang ini.

Tapi saya tetap merindukan Ng seperti dalam Indiana Chronicles. Mungkin akan saya baca lain kali.BTW nama Selina mengingatkan gue pada Selina Dawes di Affinity-nya Sarah Waters.

Nella: Dapet kado ini dari temen. Thanks for her. Buku yang nyeritain ttg dunia lesbi ini emang dikemas ga seberat punya herlinatiens yg sarat kata2 puitis. Di novel ini, gaya penceritaan clara ng lebih ringan
Mungkin karena berawal dari cerita bersambung di koran makanya banyak yang bilang kalo alur nya terlalu lambat.

Lily: Alurnya rumit tapi menarik. Sometimes you will mixed-up - mana yg narasi, mana yang kisah utama. Salut dengan kerajinan Clara meramu bab demi bab tanpa kesrimpet :-)
Romannya indah sekali, meskipun ini ga biasa. Tapi justru ga bikin alergi, berhubung ini tentang kaum minoritas dalam 'sistem nilai kita'.

Susan: Clara is superb! this book really makes me shiver, she takes unique angle to tell this story, she's a good story teller. I'm almost finish and definitely will crave for more of her books.

Nuraini: nyesel juga ngambil buku ini setelah tahu temanya tentang dunia lesbian...tadinya tertarik karena kaver dan sinopsis belakang... anyhow, saya berjanji suatu saat kelak akan menamatkannya.

Rini: Saya tidak akan komentar mengenai tema lesbiannya.

Satu hal, pertemuan Lendy dengan Sari yang penulis lesbian sepertinya tidak akan kehilangan makna jika di-cut dari cerita keseluruhan. Kemudian pernyataan Lendy dan teman-teman editor bahwa karya pertama seorang penulis pasti merupakan pengalaman pribadinya sangat pedas dan menampar. Pengorekan naskah lama yang mengungkap masa lalu keluarga, mengingatkan saya pada The Ghost Writer. Kaver novel ini cantik sekali, tapi selebihnya saya tidak mendapat apa-apa dalam arti sesuatu yang baru sebagai jejak pengalaman membaca.

0 komentar: